Pemerintah Indonesia telah menetapkan
wabah corona virus COVID-19 sebagai bencana nasional, jumlah
kasus positif setiap harinya semakin bertambah.
Data pertanggal 03 April 2020 dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan
Covid-19 di Indonesia, terkonfirmasi
sebanyak 1.986 kasus, dalam perawatan 1.671 kasus, sembuh 134 orang dan
meninggal sebanyak 181 orang. Corona virus COVID-19 merupakan virus RNA, yang
mempunyai materi genetik RNA untai tunggal dengan polaritas positif dan dapat
menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan yang dikenal dengan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Untuk mencegah semakin meluasnya pandemi, satu
bukti respon cepat pemerintah Indonesia dalam mengatasi pandemi COVID-19
adalah membangun jejaring dengan banyak
laboratorium, untuk memperkuat dan
mempercepat proses pemeriksaan, sehingga dapat segera diketahui kasus positif
untuk selanjutnya diisolasi agar tidak
menjadi sumber penularan di masyarakat.
Pemeriksaan laboratorium terhadap sampel
penderita COVID-19 untuk mengetahui respon antibodi terhadap virus dan
keberadaan virus. Deteksi virus menggunakan PCR (Polymerase Chain Reaction) dengan
bahan pemeriksaan swab tenggorokan dan
deteksi antibodi IgM/IgG yaitu respon pertahanan tubuh terhadap virus,
dengan bahan pemeriksaan darah (whole blood, serum atau plasma), menggunakan alat RDT (Rapid Diagnostic Test).
Beberapa jenis reagen rapid direkomendasikan
oleh WHO untuk deteksi antibodi COVID-19. RDT adalah pemeriksaan immunologi yang umum dilakukan
untuk mendeteksi keberadaan antigen atau antibodi. Keuntungan metode ini dapat memberikan
hasil dalam waktu yag sangat singkat, uji dapat diselesaikan dalam waktu 30
menit. Jenis pemeriksaan ini juga dikenal sebagai prosedur immunoassay bersifat
kromatografi, hasil pemeriksaan dibaca dengan
terlihat perubahan warna pada
permukaan area uji dan dilaporkan secara kualitatif yaitu hasil pemeriksaan
positif atau negatif.
Deteksi virus dengan PCR merupakan reaksi berantai polimerase,
suatu teknik atau metode perbanyakan (Replikasi) DNA secara enzymatik. PCR
digunakan secara luas untuk berbagai kebutuhan, seperti situasi pandemi COVIC-19
saat ini. Penyakit berbahaya memerlukan diagnosa yang cepat dan akurat. PCR
merupakan teknik yang sering digunakan, teknologi saat ini memungkinkan
diagnosa dalam hitungan jam dengan hasil akurat, dikatakan akurat karena PCR
mengamplikasi daerah tertentu DNA yang merupakan ciri khas dari virus tersebut.
Kedua uji yang digunakan untuk
menegakkan diagnosa infeksi virus COVID-19 yaitu metode rapid dan PCR, tidak
dapat dipisahkan, karena hasil kedua tes bersifat tidak tetap. Swab tenggorokan
pasien yang terinfeksi virus COVID-19 yang diambil pada hari pertama, dapat terdeteksi
positif terdapat virus COVID-19, namun pada sampel darah yang diperiksan
menggunakan rapid test, hasil dapat
negatif tidak terdeteksi adanya antibodi. Hal ini dapat terjadi karena pada
awal infeksi antibodi yang merupakan respon pertahanan tubuh terhadap virus
belum terbentuk. Apabila pada hari ke 14 dilakukan pemeriksaan kembali dengan
dua metode tersebut, antibodi dalam darah dapat terdeteksi positif dengan
pemeriksaan rapid dan virus juga dapat terdeteksi positif dengan pemeriksaan PCR. Hasil pemeriksaan ini
menunjukkan bahwa pada penderita antibodi sudah terbentuk dan virus juga masih
ada. Begitu juga ketika virus pada penderita sudah tidak terdeteksi lagi, antibodi masih dapat terdeteksi.
Pemeriksaan laboratorium terhadap COVID-19 sangat penting, untuk memastikan apakah seseorang positif terinveksi virus COVID-19 atau tidak dan untuk menentukan pasien yang positif terinfeksi apakah sudah sembuh atau belum. Hal ini tentu tidak bisa lepas dari peran rekan-rekan ATLM (Ahli Teknologi Laboratorium Medis) yang lebih dikenal analis kesehatan. Barangkali di masyarakat profesi Ahli Teknologi Laboratorium Medis, kurang banyak dikenal seperti halnya profesi dokter dan perawat, namun dalam melawan Covid-19, mereka juga berada di garis depan bersama tim medis lainnya, ketika banyak orang mengalami kecemasan dan ketakutan, menghindari kontak dengan orang – orang yang diduga atau menderita infeksi virus COVID-19, mereka justru melaksanakan pelayanan sebagai ATLM dengan kontak dengan penderita untuk melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan di laboratorium. Salam hormat dan terima kasih untukmu rekan-rekan ATLM, tim medis dan anda semua yang secara pribadi maupun kelompok tersentuh dan tergerak hati bersama – sama secara nyata melawan virus COVID-19.
Maria Nuraeni, SKM., M. Kes (Sr.M.Yuventia, FCh) (Dosen Prodi D.4 Teknologi Laboratorium Medis Fikes UKMC Palembang)
Dalam ajaran Katolik tentu kita sadar bahwa ada dua hukum utama. Hukum utama yang pertama adalah Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu (Markus 12:30). Dan Hukum Utama yang kedua Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Markus 12:31).
Kedua hukum ini memberikan gambaran kepada kita bahwa sebagai orang beriman kita perlu menyelaraskan relasi kita dengan Sang Pencipta dan juga dengan sesama manusia. Dengan semakin berkembangnya zaman tentu manusia akan dihadapkan dengan berbagai tantangan dan kondisi yang semakin kompleks. Teguh dalam iman dan peduli dengan permasalah kontektual yang ada di lingkungan sosial kemasyarakatan menjadi hal yang perlu untuk kita refleksikan bersama.
Ada banyak sekali fenomena di mana orang-orang kehilangan rasa religiusitasnya karena dihimpit oleh persoalan sosial dan ekomoni. Namun, di sisi lain juga banyak ditemukan orang-orang yang abai dengan kondisi sosial dan lingkunganya karena keimanan yang egois.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana sebagai orang Katolik yang beriman menyikapi persoalan-persoalan yang ada disekitar kita. Untuk menjawab pertanyaan itu tentu kita membutuhkan sebuah ruang diskusi yang baik, sehingga ISKA DPC Kota Palembang menyelenggarakan Diskusi bersama mengajak Umat untuk Mengenal Ajaran Sosial Gereja (ASG).
Diskusi Bersama mengenal ASG ini diselengarakan di Aula Pastoran Paroki Santo Yoseph Palembang pada tanggal 13 Februari 2020. Kegiatan diskusi bersama ini diselengarakan atas kerjasama berbagai kelompok organisasi katolik di Kota Palembang seperti Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI), Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Pemuda Katolik (PK), dan Juga Kerawam. Dalam kegiatan ini dihadiri sekitar 70 peserta dari berbagai profesi dan kalangan.
Narasumber dalam diskusi ini adalah Dewan Pakar ISKA DPC Kota Palembang Dr. Hendro Setiawan. Dalam materi pembuka diskusi ini Dr. Hendro Setiawan menyampaikan bahwa ASG dengan seluruh dinamikanya mendampingi manusia untuk mencari pemecahan masalah-masalah yang aktuil yang dihadapi oleh manusia. Dasar dari ASG adalah Inji dan juga pemikiran-pemikiran orang kudus.
Lembaga-lembaga pendidikan dan organisasi-organisasi awam Katolik seharusnya mengambil tiga peran dalam kehidupan sosial. Pertama membina kesadaran yang lebih peka terhadap kepincangan-kepincangan serta ketidakadilan dalam masyarakat. Sebagai orang Katolik tentu kita tidak boleh acuh tak acuh atau masa bodoh terhadap permasalahan ketidak-adilan yang ada.
Banyak permasalahan sosial yang terjadi dan itu membutuhkan peran serta kita sebagai orang beriman Katolik. Permasalahan ekonomi, permasalahan pendidikan, permasalahan hukum, permasalahan politik dan permasalahan-permasalahan lainya. Kita tidak boleh hanya peduli dan bereaksi dengan permasalahan dan ketika-adilan yang kita hadapi, semisal ada pelarangan pendirian gereja. Kita harus bisa melihat permasalahan lebih dari itu, sebagai garam kita tidak boleh hanya mengasini kaum kita sendiri tetapi semuanya.
Peran kedua yang dijelaskan oleh Dr Hendro Setiawan adalah memperlihatkan akar masalah dari kepincangan-kepincangan dalam masyarakat dan cara memeranginya. Sebagai gereja kita harus bisa berfikir lebih dalam ketika melihat permasalahan yang ada. Sebagai contoh ketika berbicara global warming atau pemanasan global. Apakah dengan tidak menggunakan produk-produk plastik yang dianggap sebagai salah satu penyumbang pemanasan global atau menanam pohon di halaman rumah sebagai cara untuk membuat lingkungan asri sudah cukup. Untuk skala kecil tentu ya, namun kita tidak boleh berhenti hanya dengan cara-cara tersebut. Kita harus bisa melihat pemasalahan dan mencari solusi yang lebih dari itu.
Peran ketiga adalah pendidikan sejak muda untuk melibatkan diri dalam usaha menciptakan keadilan dalam masyarakat. Pendidikan-pendidikan dan organisasi awam katolik harus bisa menjadi motor dalam menanamkan kepedulian-kepedulian dari sejak dini kepada umat Katolik untuk memiliki kepedulian yang tinggi terhadap permasalahan-pernasalahan sosial yang ada di masyarakat.
Dalam diskusi ini juga Dr Hendro Setiawan menjelaskan bahwa ASG mengalami perkembangan dari masa ke masa sesuai dengan jamannya. ASG yang pertama adalah Rerum Novarum yang dibuat oleh Bapa Paus Leo XIII. Rerum Novarum menekankan pada ketidakadilan dalam pembagian kelas sistem kapitalisme dan berupaya mengembalikan martabat manusia.
Dokumen ASG yang kedua adalah Quadragesimo Anno yang dibuat oleh Bapa Paus Pius XI. Quadragesimo Anno menekankan pada mengangkat nilai-nilai moral gereja tentang hak-hak kepemilikan. Dokumen selajutnya Mater et Magistra (Ibu dan Guru) menekankan pada keterbukaan Gereja terhadap hal-hal yang baru dan permasalah kesenjangan sosial yang parah. Dokumen ASG Pacem in Terris yang mengangkat tema kehendak baik yang ada dalam semua orang untuk mengupayakan perdamaian dan dan kehidupan yang baik.
Dokumen-dokumen ASG ini terus berkembang sampai dengan sekarang. Pada Tahun 2015 dibuat dokumen ASG yang membahas tentang lingkungan hidup dan krisis ekologis yang dibuat oleh Bapa Paus Fransiskus yaitu Laodato Si. Dalam Ensiklik ini Bapa Paus mengkritik konsumerisme dan pembangunan yang tidak terkendali, menyesalkan terjadinya kesurakan lingkungan dan pemanasan global, serta mengajak semua orang di seluruh dunia untuk mengambil aksi nyata untuk mengatasi permsalahan ini.
Pada Tahun 2016 dibuat dokumen ASG yang fokus membahas tentang keluarga yaitu Amoris Laetitia. Ensiklik ini dibuat oleh juga oleh Bapa Paus Fransiskus. Dalam Amoris Laetitia menekankan pada pentinya kasih sayang dalam membangun keluarga harmonis. Dalam dokumen ini Gereja Katolik hanya mengakui perkawinan antara laki-laki dan perempuan. “Tidak ada dasar dalam rencana Tuhan bagi pernikahan sesame jenis: demikian pernyataan Paus Fransiskus dalam dalam dokumen ini,
Dalam diskusi ini hanya membahas ensiklik-ensiklik atau dokumen-dokumen ASG dari masa ke masa dan tidak membahas secara mendalam untuk dokumen tertentu. Oleh karena itu banyak pertanyaan dari para peserta tentang permasalahan-permasalahan aktuil yang dihadapi.
Salah satu pertanyaan adalah dari Bapak Y. Handoko yang menanyakan tentang apakah ASG ini dapat berlaku secara lokal sesuai dengan kondisi daerah tertentu dan apakah suatu saat jika ada teknologi yang saat ini belum ada juga diatur dalam ASG. Menjawab pertanyaan ini Dr. Hendro Setiawan menjelaskan bahwa semua ensiklik ASG dibuat karena keprihatinan Bapa Suci terhadap permasalahan sosial yang ada dimasyarakat. Tentu apa yang ada di dalam ASG dapat dilihat dan dipadukan dengan permasalahan yang ada pada daerah tertentu dan kondisi tertentu. Berkaitan dengan teknologi juga sudah diatur di dala ASG. Apapun teknologi yang dikembangkan dan dibuat oleh manusia yang tidak memberikan manfaat yang baik bagi kehidupan manusia tentu tidak sesuai dengan ajaran Yesus, maka tidak dianjurkan dalam ASG.
Dalam kegiatan diskusi ini Dr. Hendro Setiawan mengajak umat untuk mau dan mulai memahagi ASG secara mendalam. “Dikemudian hari kita bisa membahasan secara lebih detail tentang satu dokomen, sehinggal kita memiliki pemahaman yang baik tentang ASG” ungkap Dr. Hendro Setiawan.
Dari dikusi ini dapat
kita simpulkan bahwa kita sebagai orang Katolik harus bisa menjadi garam dan terang dunia. Garam yang tidak hanya
memberikan asin dan terang yang tidak hanya memberikan sinar kepada sesama
Katolik, tetapi juga kepada semua orang. Seperti Tuhan Yeses yang datang
kedunia untuk menjadi juru selamat umat manusia. Sebagai umat Katolik kita juga
sudah memiliki pedoman-pedoman sesuai dengan Injil Kitab Suci tentang bagaimana
kita harus bersikap terhadap pemasalahan dan juga ketidak-adilan yang terjadi
di tengah-tengah masyarakat. Pemahaman ASG dapat membantu kita untuk
memperjuangkan dunia yang adil dan damai, seraya menghormati hak-hak asasi
manusia, toleran dan menghargai semua orang.
Ada moto yang mengatakan: “Pemenang mencari solusi, pecundang hanya mengeluh”.
Dalam situasi sulit seperti saat ini dimana kita sedang dilanda wabah corona, ada macam-macam sikap orang. Ada yang mengeluh :
“kok masalah berat sekali”, “tidak bisa bekerja”, “penghasilan berkurang”, “pemerintah tidak bijak”, “koq tidak adil”, dan lainnya
Belum lagi muncul tuntutan-tuntutan seperti :
“pemerintah harus me-lockdown”, “pemerintah harus mengelontorkan dana”, dan lainnya lagi
Bahkan ada tuntutan supaya pemerintah memberikan santunan, bagi sembako, pulsa gratis, listrik gratis, dan lain-lain. Kita tidak sadar bahwa pemerintah sudah sangat pusing, dan saya percaya sudah berusaha mati-matian dengan mempertimbangkan segala hal.
Dari pada mengeluh dan menuntut baiklah kita memikirkan apa yang bisa kita buat. Ada banyak hal sebenarnya yang bisa kita buat, untuk diri sendiri, keluarga, bahkan masyarakat, dan lainnya.
Saya melihat ada beberapa orang menginspirasi kita, lepas dari setuju atau tidak kita dengan yang dibuatnya. Ada video seorang bapak tua yang membagi beras dan uang kepada tukang becak, pedagang asongan, dan lainnya. Dia melihat merekalah yang sangat terkena dampak dari wabah ini. Dia juga mengajak orang-orang yang mampu untuk berbagi. Ada juga video sekelompok orang memberi nasi kotak kepada tukang becak dan ojek oline.
Hal ini cukup menginsirasi dan mengajak kita bermenung apa yang bisa kita buat. Di keuskupan kita juga muncul ide dari anak-anak muda ‘apa yang bisa kita buat’ didukung oleh orang dewasa dan tokoh-tokoh umat. Saya sungguh tersentuh. Maka terbentuklah Crisis Center Corona Keuskupan Agung Palembang (CCC Kapal).
Yang menarik semua terjadi secara online dan hampir tidak pernah bertemu. Bagaimana kita berkontribusi untuk membantu pemerintah mengatasi wabah corona ini.
Tidak hanya mengeluh dan menuntut. Kemudian kelompok ini memikirkan untuk mencari solusi soal misa online yang akhirnya bisa terintegrasi dan tertata. Kelihatan kesatuan dan kekompakannya. Ada tim humas. Terbentuk juga tim layanan konsultasi. Semua menurut saya contoh yang menginspisrasi kita untuk berbuat.
Mari kita menjadi bagian dari pencari solusi bukan hanya mengeluh dan menuntut. Kita adalah pemenang! Setidaknya kalau kita tidak bisa berbuat, mari kita ikuti anjuran pemerintah: tinggal di rumah dan menjaga kebersihan serta kesehatan.
Esensi Kuliah
Daring (Online, e-Learning) atau
Pembelajaran Jarak jauh (PJJ)
Virus Corona atau Covid-19 yang mengepung Indonesia tampaknya belum bisa diredam. Penyebarannya yang masif dan relatif cepat membuat orang terpaksa harus berdiam diri di rumah demi memutus rantai penularan Covid-19. Pemerintah telah menyampaikan kebijakan terkait pencegahan dan memutus rantai penyebaran Covid-19 di Indonesia. Dalam Surat Edaran Mendikbud No. 3 Tahun 2020 tentang pencegahan Covid-19 pada Satuan Pendidikan, dan No. 36962/MPK.A/HK/2020 proses belajar mengajar (PBM) di perguruan tinggi dilakukan secara kuliah daring (dalam jaringan), online, e-learning, pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau online course dari rumah dalam rangka pencegahan Covid-19.
Disi
lain, tujuan esensial PBM adalah mentransfer ilmu dari dosen ke mahasiswa/i
sehingga mahasiswa/i memahami apa yang diberikan oleh dosen, yang semula tidak
tahu menjadi tahu. Filosofi
pendidikan yang krusial lain adalah mindset
mahasiswa/i dalam PBM adalah memahami ilmu kemudian menerapkan, bukan hanya
nilai yang diburu. Sayangnya, tidak semua dosen memahami betul bagaimana
dan apa yang dimaksudkan dengan kuliah daring. Padahal yang dimaksudkan dengan
sistem kuliah daring, yaitu sistem perkuliahan yang memanfaatkan akses internet
sebagai media PBM yang dirancang dan ditampilkan dalam bentuk modul kuliah,
rekaman video, audio, atau tulisan oleh pihak universitas. Pada kenyataanya di
lapangan justru sebagai ajang dosen untuk memberikan tugas bagi mahasiswa/i, sehingga
bukanlah kuliah daring yang terjadi tapi tugas daring. Sebenarnya hal tersebut
tidak sepenuhnya salah, tapi coba kita bayangkan apabila setiap dosen
menerapkan sistem yang sedemikian rupa, menggantikan materi tatap muka dengan
tugas yang cukup banyak dengan waktu yang terbatas tidak menutup kemungkinan
mahasiswa/i akan kewalahan dan PBM menjadi tidak maksimal. Tidak sedikit mahasiswa/i yang
mengeluhkan hal tersebut karena banyak kendala yang mereka temui tatkala
menggunakan sistem daring.
Kuliah
daring yang dilaksanakan dari rumah awalnya bagi sebagian orang, baik
mahasiswa/i, orang tua mahasiswa/i, dan para dosen menjadi persoalan terutama
dalam pemilihan media komunikasi untuk pembelajaran dan metode belajar. Civitas
akademika perguruan tinggi harus beradaptasi, belajar di rumah non tatap muka. Have to work from home. Semua berubah
cepat, dan harus mau beradaptasi. Adaptasi teknologi, jam kerja, cara kerja dan
belajar. Penerapan kuliah daring ini menuntut
kesiapan bagi kedua belah pihak, baik itu dari penyedia layanan pendidikan (perguruan
tinggi) atau dari peserta didik sendiri (mahasiswa/i). Pembelajaran secara
daring membutuhkan bantuan teknologi yang mumpuni dan dapat diakses dengan
mudah. Kuliah daring semacam ini justru dapat menjadi alternatif jitu sebagai
ganti pertemuan kelas tatap muka langsung.
Kebijakan
kuliah daring menuai pro dan kontra jika ditinjau dari efektivitasnya. Mahasiswa/i
yang kontra memandang ketidakefektifan terjadi saat PBM tatap muka secara
langsung (offline) saja terkadang
masih harus membutuhkan pemahaman ekstra, dengan kuliah daring mahasiswa/i
dituntut untuk belajar dan memahami sendiri materi yang disampaikan. Selain
itu, tidak semua mahasiswa mendapatkan fasilitas wifi sehingga harus merogoh kocek yang lebih dalam lagi untuk
membeli kuota. Beberapa
keresahan mahasiswa/i terkait dengan diberlakukannya sistem kuliah daring,
antara lain: kendala sinyal yang menjadi hambatan dalam mengakses materi/modul
perkuliahan, beberapa alat elektronik mengharuskan terhubung dengan listrik,
jika listrik mati sulit presensi dan PBM, pengumpulan tugas secara daring
membuka peluang untuk copy paste
semakin tinggi, dan mahasiswa/i menjadi tidak leluasa dalam PBM karena tidak
terjadi komunikasi 2 arah antara mahasiswa/i secara tatap muka. Sedangkan
dianggap cukup efektif saat mahasiswa/i dapat mengakases modul perkuliahan
dimana pun dan kapan pun, sehingga mahasiswa/i dapat menyesuaikan jam belajar
masing-masing. Selain itu, kuliah
daring merupakan salah satu tindakan preventif untuk menekan penyebaran Covid-19,
dengan melakukan social/physical
distancing yang dapat mengurangi intensitas interaksi antara carier dan calon korban selanjutnya.
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menghimbau para dosen untuk mewujudkan
kuliah daring yang bermakna bagi mahasiswa/i, tidak hanya berfokus pada capaian
akademik atau kognitif semata, namun juga menekankan pada perkembangan ‘life skill’ dan karakter. Untuk
pendidikan life skill, mahasiswa/i,
dan dosen bisa menjadikan aktivitas memahami pandemik Covid-19 sebagai materi PBM.
Mulai dari penjelasan tentang virus hingga langkah-langkah pencegahan dikaitkan
dengan materi mata kuliah yang direlevansikan dalam Rencana Pembelajaran
Semester (RPS). Dengan begitu mahasiswa/i memiliki wawasan tentang apa yang
terjadi di sekitarnya dan mampu melindungi diri dan sesamanya. Di sisi lain
karakter merupakan ciri khas individu yang ditunjukkan melalui cara bersikap,
berperilaku, dan bertindak untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan
kampus, keluarga, maupun masyarakat. Mahasiswa/i yang memiliki karakter baik
akan menjadi orang dewasa yang mampu membuat keputusan dengan baik dan tepat
serta siap mempertanggungjawabkan setiap keputusan yang diambil. Karakter baik yang
ditanamkan pada tiap individu mahasiswa/i, antara lain; religius, cinta
kebersihan dan lingkungan, sikap jujur, sikap peduli, dan rasa cinta tanah air
(Kemendikbud, 2020).
Tantangan
dan Sisi Humanis di UKMC: Menciptakan Kreativitas dan Inovasi
Media
kuliah daring yang banyak digunakan antara lain; aplikasi medsos; Facebook,
Youtube, IG, WA, Line, Zoom, Microsoft Team, Google Classroom, Moodle, Zoom.us,
Skype, platform aplikasi yang
disediakan oleh Universitas Katolik Musi Charitas (UKMC), yaitu portal
akademik.ukmc.ac.id, dll, baik hanya dalam bentuk pengiriman bahan ajar maupun
komunikasi melalui teleconference. Sisi
lain yang menarik untuk diamati penerapan kuliah daring di lingkungan UKMC adalah
adanya ketidakberterimaan, kekacauan, kelucuan, kegelisahan, keribetan, dan
berbagai situasi lainnya yang sebelumnya mungkin tidak terbayangkan akan terjadi
baik oleh dosen dan mahasiswa/i. Hal tersebut terjadi karena mengubah habit dosen dan mahasiswa/i tidak
gampang, disparitas usia dosen dan kreativitas penggunakan teknologi juga
resisten di kalangan dosen dan mahasiswa/i tertentu.
Dalam kuliah daring, dosen UKMC harus ikut berinteraksi dan berkomunikasi membantu mahasiswa/i dalam memahami materi PBM dan mengerjakan tugas, tidak hanya memberikan tugas saja. Sehingga keluhan mahasiswa/i terkait dengan tugas-tugas yang diberikan cukup berat dan banyak namun tidak dibimbing oleh dosen dapat dieleminir. Untuk menghindari kemungkinan mahasiswa/i, dosen menjadi stress belajar daring bukan berarti harus 100 persen online. Dosen diminta untuk merancang metode penilaian capaian pembelajaran yang menyesuaikan dengan RPS yang sedikit di-’releks’-kan dan mempertimbangkan kesiapan dosen, kewajaran beban kerja, dan kemudahan akses mahasiswa/i. Proses praktikum klinik atau tempat praktik-praktik lainnya yang tidak langsung berhubungan dengan penanganan Covid-19 diminta agar dibatasi dan digantikan dengan model perkuliahan daring atau ditunda hingga keadaan membaik. Sementara soal penyelesaian tugas akhir/skripsi didorong menggunakan metode yang memanfaatkan data sekunder atau studi literatur, karena data primer akan sulit didapat dalam situasi seperti ini. Sidang/ujian tugas akhir/skripsi juga didorong secara daring dengan teleconference. Kegiatan PBM dan Tri Dharma UKMC dilakukan secara daring, termasuk Ujian Tengah Semester (UTS), praktikum (kecuali praktikum yang tidak memungkinkan via daring maka akan dijadwalkan ulang pada saat periode semester pendek/sisipan).
Tidak semua daerah asal mahasiswa/i UKMC mempunyai akses smartphone atau koneksi internet yang baik. Kendala yang dialami dosen adalah tidak bisa mengontrol seluruh kondisi mahasiswa. Namun, selama ada diskusi aktif, bertanya, disiplin dan menepati waktu, kuliah daring akan efektif. Kuota internet yang cepat habis dan memori yang cepat penuh, bisa disiasati dengan menyiapkan space memori dan mengirimkan video sebelum PBM berlangsung, presentasi secara online lancar, mahasiswa/i mampu pempresentasikan materinya memakai teknologi video, kemudian menjawab berbagai pertanyaan dan tanggapan. Kesulitan ketika dosen memberi materi kemudian langsung memberi tugas, penjelasan yang hanya diketik juga kadang sulit memahaminya, meskipun kadang dosen sudah memberi penjelasan melalui pesan suara. Dateline tugas kuliah daring yang pendek juga terkendala ketika jaringan lambat, server error, dosen hanya memberikan materi, tanpa mengirimkan voice note (pesan suara) dan tanpa video pembelajarannya untuk menjelaskan materi tersebut, dan lainnya, menambah tantangan kuliah daring & sisi humanis dosen-mahasiswa/i di lingkungan UKMC selalu memiliki rahmat tersembunyi (blessing in disguise) yang justru mendorong penciptaan kreativitas dan inovasi dosen-mahasiswa/i dalam complex problem solving. Dalam kondisi ini berkreasi supaya materi PBM dan tugas-tugas untuk peningkatan kompetensi mahasiswa tetap dapat diperoleh.
Tips Penerapan Kuliah Daring atau PJJ yang
Efektif
Tetapkan Manajemen Waktu Mahasiswa/i mengatur waktu belajar dengan teratur, mengerjakan dengan fokus tugas yang dibebankan dosen. Universitas memberikan batasan jadwal akses daring dan fleksibilitas penuh kepada mahasiswa/i. Bagi mahasiswa/i yang belum terbiasa belajar mandiri, biasanya akan mengerjakan tugas-tugas kuliah di menit-menit terakhir tenggat waktu yang ditetapkan. Oleh sebab itu, membiasakan diri untuk belajar dan mengerjakan tugas di awal waktu adalah keterampilan yang mesti ditanamkan kepada mahasiswa/i yang melakukan remote learning.
Persiapkan Teknologi yang Dibutuhkan Para mahasiswa/i harus mengetahui peralatan-peralatan apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan kuliah daring, disarankan menggunakan beberapa platform belajar daring alternatif. Demikian juga perkakas teknologi seperti; komputer, smartphone, atau tablet, dan jaringan internet yang laik, menyiapkan kuota internet dan mencari tempat belajar yang nyaman dan dapat menangkap sinyal dengan baik.
Belajarlah dengan Serius Kesalahan yang sering dilakukan para mahasiswa/i adalah tidak fokus ketika melakukan PBM secara daring, terdapat banyak sekali distraksi yang mengganggu; godaan untuk menonton video, mengakses medsos, hingga membaca-baca konten berita secara impulsif seringkali dilakukan tanpa rencana sebelumnya. Oleh sebab itu, penting untuk berusaha fokus dan konsisten selama waktu PBM yang ditetapkan. Tetapkan ruang khusus untuk belajar dan menjauhkan diri dari gangguan anggota keluarga yang lain. Para mahasiswa/i harus belajar dan tahu tujuan dari kuliah (outcome learning). Para mahasiswa/i memiliki motivasi yang sungguh-sungguh; membaca terlebih dahulu materi yang akan dibahas, aktif mendengarkan, membaca, bertanya dan menanggapi.
Jaga Komunikasi dengan Dosen dan Rekan Mahasiswa/i lainnya Para mahasiswa/i harus visibel dan berkomunikasi tanggap dengan dosen atau rekan-rekannya. Buat grup khusus untuk membahas tugas yang dibebankan dosen. Komunikasi mesti terjalin dengan baik untuk menghindari kesalahpahaman. Gunakan momen-momen semacam ini untuk mengasah keterampilan komunikasi daring Anda. Jika memang belum yakin dengan hasil tugas yang dikerjakan, segera hubungi dosen Anda. Lakukan sesegera mungkin untuk menunjukkan komitmen bahwa Anda serius untuk belajar.