Ahli Teknologi Laboratorium Medis Di Garis Depan Melawan COVID-19

Pemerintah Indonesia telah menetapkan wabah corona virus  COVID-19 sebagai bencana nasional, jumlah kasus positif setiap harinya semakin bertambah.  Data pertanggal 03 April 2020 dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Indonesia,  terkonfirmasi sebanyak 1.986 kasus, dalam perawatan 1.671 kasus, sembuh 134 orang dan meninggal sebanyak 181 orang. Corona virus COVID-19 merupakan virus RNA, yang mempunyai materi genetik RNA untai tunggal dengan polaritas positif dan dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan yang dikenal dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Untuk mencegah semakin meluasnya pandemi, satu bukti respon cepat pemerintah Indonesia dalam mengatasi pandemi COVID-19 adalah  membangun jejaring dengan banyak laboratorium,  untuk memperkuat dan mempercepat proses pemeriksaan, sehingga dapat segera diketahui kasus positif untuk selanjutnya  diisolasi agar tidak menjadi sumber penularan di masyarakat.

Pemeriksaan laboratorium terhadap sampel penderita COVID-19 untuk mengetahui respon antibodi terhadap virus dan keberadaan virus. Deteksi virus  menggunakan PCR (Polymerase Chain Reaction) dengan bahan pemeriksaan swab tenggorokan dan  deteksi antibodi IgM/IgG yaitu respon pertahanan tubuh terhadap virus, dengan bahan pemeriksaan darah (whole blood, serum atau plasma),  menggunakan alat RDT (Rapid Diagnostic Test). Beberapa jenis reagen rapid  direkomendasikan oleh WHO untuk deteksi antibodi COVID-19. RDT adalah  pemeriksaan immunologi yang umum dilakukan untuk mendeteksi keberadaan antigen atau antibodi. Keuntungan metode ini dapat memberikan hasil dalam waktu yag sangat singkat, uji dapat diselesaikan dalam waktu 30 menit. Jenis pemeriksaan ini juga dikenal sebagai prosedur immunoassay bersifat kromatografi, hasil pemeriksaan dibaca dengan  terlihat  perubahan warna pada permukaan area uji dan dilaporkan secara kualitatif yaitu hasil pemeriksaan positif atau negatif.

Deteksi virus dengan  PCR merupakan reaksi berantai polimerase, suatu teknik atau metode perbanyakan (Replikasi) DNA secara enzymatik. PCR digunakan secara luas untuk berbagai kebutuhan, seperti situasi pandemi COVIC-19 saat ini. Penyakit berbahaya memerlukan diagnosa yang cepat dan akurat. PCR merupakan teknik yang sering digunakan, teknologi saat ini memungkinkan diagnosa dalam hitungan jam dengan hasil akurat, dikatakan akurat karena PCR mengamplikasi daerah tertentu DNA yang merupakan ciri khas dari virus tersebut.

Kedua uji yang digunakan untuk menegakkan diagnosa infeksi virus COVID-19 yaitu metode rapid dan PCR, tidak dapat dipisahkan, karena hasil kedua tes bersifat tidak tetap. Swab tenggorokan pasien yang terinfeksi virus COVID-19 yang diambil pada hari pertama, dapat terdeteksi positif terdapat virus COVID-19, namun pada sampel darah yang diperiksan menggunakan rapid test,  hasil dapat negatif tidak terdeteksi adanya antibodi. Hal ini dapat terjadi karena pada awal infeksi antibodi yang merupakan respon pertahanan tubuh terhadap virus belum terbentuk. Apabila pada hari ke 14 dilakukan pemeriksaan kembali dengan dua metode tersebut, antibodi dalam darah dapat terdeteksi positif dengan pemeriksaan rapid dan virus juga dapat terdeteksi positif dengan  pemeriksaan PCR. Hasil pemeriksaan ini menunjukkan bahwa pada penderita antibodi sudah terbentuk dan virus juga masih ada. Begitu juga ketika virus pada penderita sudah tidak terdeteksi lagi,  antibodi masih dapat terdeteksi.

Pemeriksaan laboratorium terhadap COVID-19 sangat penting, untuk memastikan apakah seseorang positif terinveksi virus COVID-19 atau tidak dan untuk menentukan pasien yang positif terinfeksi apakah sudah sembuh atau belum. Hal ini tentu tidak bisa lepas dari peran rekan-rekan ATLM (Ahli Teknologi Laboratorium Medis) yang lebih dikenal analis kesehatan. Barangkali di masyarakat profesi Ahli Teknologi Laboratorium Medis, kurang banyak dikenal seperti halnya profesi dokter dan  perawat, namun dalam melawan Covid-19, mereka juga berada di garis depan bersama tim medis lainnya,  ketika banyak orang mengalami kecemasan dan ketakutan, menghindari kontak dengan orang – orang yang diduga atau menderita infeksi virus COVID-19, mereka justru melaksanakan pelayanan sebagai ATLM dengan kontak dengan penderita untuk  melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan di laboratorium. Salam hormat dan terima kasih untukmu rekan-rekan ATLM, tim medis dan anda semua yang secara pribadi maupun kelompok tersentuh dan tergerak hati bersama – sama secara nyata melawan virus  COVID-19.

Maria Nuraeni, SKM., M. Kes (Sr.M.Yuventia, FCh)
(Dosen Prodi D.4 Teknologi Laboratorium Medis Fikes UKMC Palembang)

ISKA DPC Palembang Mengajak Umat untuk Mengenal Ajaran Sosial Gereja (ASG)

Dalam ajaran Katolik tentu kita sadar bahwa ada dua hukum utama. Hukum utama yang pertama adalah Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu (Markus 12:30). Dan Hukum Utama yang kedua Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Markus 12:31).

Kedua hukum ini memberikan gambaran kepada kita bahwa sebagai orang beriman kita perlu menyelaraskan relasi kita dengan Sang Pencipta dan juga dengan sesama manusia. Dengan semakin berkembangnya zaman tentu manusia akan dihadapkan dengan berbagai tantangan dan kondisi yang semakin kompleks. Teguh dalam iman dan peduli dengan permasalah kontektual yang ada di lingkungan sosial kemasyarakatan menjadi hal yang perlu untuk kita refleksikan bersama.

Ada banyak sekali fenomena di mana orang-orang kehilangan rasa religiusitasnya karena dihimpit oleh persoalan sosial dan ekomoni. Namun, di sisi lain juga banyak ditemukan orang-orang yang abai dengan kondisi sosial dan lingkunganya karena keimanan yang egois.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana sebagai orang Katolik yang beriman menyikapi persoalan-persoalan yang ada disekitar kita. Untuk menjawab pertanyaan itu tentu kita membutuhkan sebuah ruang diskusi yang baik, sehingga ISKA DPC Kota Palembang menyelenggarakan Diskusi bersama mengajak Umat untuk Mengenal Ajaran Sosial Gereja (ASG).

Diskusi Bersama mengenal ASG ini diselengarakan di Aula Pastoran Paroki Santo Yoseph Palembang pada tanggal 13 Februari 2020. Kegiatan diskusi bersama ini diselengarakan atas kerjasama berbagai kelompok organisasi katolik di Kota Palembang seperti Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI), Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Pemuda Katolik (PK), dan Juga Kerawam. Dalam kegiatan ini dihadiri sekitar 70 peserta dari berbagai profesi dan kalangan.

Narasumber dalam diskusi ini adalah Dewan Pakar ISKA DPC Kota Palembang Dr. Hendro Setiawan. Dalam materi pembuka diskusi ini Dr. Hendro Setiawan menyampaikan bahwa ASG dengan seluruh dinamikanya mendampingi manusia untuk mencari pemecahan masalah-masalah yang aktuil yang dihadapi oleh manusia. Dasar dari ASG adalah Inji dan juga pemikiran-pemikiran orang kudus.

Lembaga-lembaga pendidikan dan organisasi-organisasi awam Katolik seharusnya mengambil tiga peran dalam kehidupan sosial. Pertama membina kesadaran yang lebih peka terhadap kepincangan-kepincangan serta ketidakadilan dalam masyarakat. Sebagai orang Katolik tentu kita tidak boleh acuh tak acuh atau masa bodoh terhadap permasalahan ketidak-adilan yang ada.

Banyak permasalahan sosial yang terjadi dan itu membutuhkan peran serta kita sebagai orang beriman Katolik. Permasalahan ekonomi, permasalahan pendidikan, permasalahan hukum, permasalahan politik dan permasalahan-permasalahan lainya. Kita tidak boleh hanya peduli dan bereaksi dengan permasalahan dan ketika-adilan yang kita hadapi, semisal ada pelarangan pendirian gereja. Kita harus bisa melihat permasalahan lebih dari itu, sebagai garam kita tidak boleh hanya mengasini kaum kita sendiri tetapi semuanya.

Peran kedua yang dijelaskan oleh Dr Hendro Setiawan adalah memperlihatkan akar masalah dari kepincangan-kepincangan dalam masyarakat dan cara memeranginya. Sebagai gereja kita harus bisa berfikir lebih dalam ketika melihat permasalahan yang ada. Sebagai contoh ketika berbicara global warming atau pemanasan global. Apakah dengan tidak menggunakan produk-produk plastik yang dianggap sebagai salah satu penyumbang pemanasan global atau menanam pohon di halaman rumah sebagai cara untuk membuat lingkungan asri sudah cukup. Untuk skala kecil tentu ya, namun  kita tidak boleh berhenti hanya dengan cara-cara tersebut. Kita harus bisa melihat pemasalahan dan mencari solusi yang lebih dari itu.

Peran ketiga adalah pendidikan sejak muda untuk melibatkan diri dalam usaha menciptakan keadilan dalam masyarakat. Pendidikan-pendidikan dan organisasi awam katolik harus bisa menjadi motor dalam menanamkan kepedulian-kepedulian dari sejak dini kepada umat Katolik untuk memiliki kepedulian yang tinggi terhadap permasalahan-pernasalahan sosial yang ada di masyarakat.

Dalam diskusi ini juga Dr Hendro Setiawan menjelaskan bahwa ASG mengalami perkembangan dari masa ke masa sesuai dengan jamannya. ASG yang pertama adalah Rerum Novarum yang dibuat oleh Bapa Paus Leo XIII. Rerum Novarum menekankan pada ketidakadilan dalam pembagian kelas sistem kapitalisme dan berupaya mengembalikan martabat manusia.

Dokumen ASG yang kedua adalah Quadragesimo Anno yang dibuat oleh Bapa Paus Pius XI. Quadragesimo Anno menekankan pada mengangkat nilai-nilai moral gereja tentang hak-hak kepemilikan. Dokumen selajutnya Mater et Magistra (Ibu dan Guru) menekankan pada keterbukaan Gereja terhadap hal-hal yang baru dan permasalah kesenjangan sosial yang parah. Dokumen ASG Pacem in Terris yang mengangkat tema kehendak baik yang ada dalam semua orang untuk mengupayakan perdamaian dan dan kehidupan yang baik.

Dokumen-dokumen ASG ini terus berkembang sampai dengan sekarang. Pada Tahun 2015 dibuat dokumen ASG yang membahas tentang lingkungan hidup dan krisis ekologis yang dibuat oleh Bapa Paus Fransiskus yaitu Laodato Si. Dalam Ensiklik ini Bapa Paus mengkritik konsumerisme dan pembangunan yang tidak terkendali, menyesalkan terjadinya kesurakan lingkungan dan pemanasan global, serta mengajak semua orang di seluruh dunia untuk mengambil aksi nyata untuk mengatasi permsalahan ini.

Pada Tahun 2016 dibuat dokumen ASG yang fokus membahas tentang keluarga yaitu Amoris Laetitia. Ensiklik ini dibuat oleh juga oleh Bapa Paus Fransiskus. Dalam Amoris Laetitia menekankan pada pentinya kasih sayang dalam membangun keluarga harmonis. Dalam dokumen ini Gereja Katolik hanya mengakui perkawinan antara laki-laki dan perempuan. “Tidak ada dasar dalam rencana Tuhan bagi pernikahan sesame jenis: demikian pernyataan Paus Fransiskus dalam dalam dokumen ini,

Dalam diskusi ini hanya membahas ensiklik-ensiklik atau dokumen-dokumen ASG dari masa ke masa dan tidak membahas secara mendalam untuk dokumen tertentu. Oleh karena itu banyak pertanyaan dari para peserta tentang permasalahan-permasalahan aktuil yang dihadapi.

Salah satu pertanyaan adalah dari Bapak Y. Handoko yang menanyakan tentang apakah ASG ini dapat berlaku secara lokal sesuai dengan kondisi daerah tertentu dan apakah suatu saat jika ada teknologi yang saat ini belum ada juga diatur dalam ASG. Menjawab pertanyaan ini Dr. Hendro Setiawan menjelaskan bahwa semua ensiklik ASG dibuat karena keprihatinan Bapa Suci terhadap permasalahan sosial yang ada dimasyarakat. Tentu apa yang ada di dalam ASG dapat dilihat dan dipadukan dengan permasalahan yang ada pada daerah tertentu dan kondisi tertentu. Berkaitan dengan teknologi juga sudah diatur di dala ASG. Apapun teknologi yang dikembangkan dan dibuat oleh manusia yang tidak memberikan manfaat yang baik bagi kehidupan manusia tentu tidak sesuai dengan ajaran Yesus, maka tidak dianjurkan dalam ASG.

Dalam kegiatan diskusi ini Dr. Hendro Setiawan mengajak umat untuk mau dan mulai memahagi ASG secara mendalam. “Dikemudian hari kita bisa membahasan secara lebih detail tentang satu dokomen, sehinggal kita memiliki pemahaman yang baik tentang ASG” ungkap Dr. Hendro Setiawan.

Dari dikusi ini dapat kita simpulkan bahwa kita sebagai orang Katolik harus bisa menjadi garam dan terang dunia. Garam yang tidak hanya memberikan asin dan terang yang tidak hanya memberikan sinar kepada sesama Katolik, tetapi juga kepada semua orang. Seperti Tuhan Yeses yang datang kedunia untuk menjadi juru selamat umat manusia. Sebagai umat Katolik kita juga sudah memiliki pedoman-pedoman sesuai dengan Injil Kitab Suci tentang bagaimana kita harus bersikap terhadap pemasalahan dan juga ketidak-adilan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Pemahaman ASG dapat membantu kita untuk memperjuangkan dunia yang adil dan damai, seraya menghormati hak-hak asasi manusia, toleran dan menghargai semua orang.

Inspirasi Corona

Corona Virus !

Ada moto yang mengatakan: “Pemenang mencari solusi, pecundang hanya mengeluh”.

Dalam situasi sulit seperti saat ini dimana kita sedang dilanda wabah corona, ada macam-macam sikap orang.
Ada yang mengeluh :

kok masalah berat sekali”,
“tidak bisa bekerja”,
“penghasilan berkurang”,
“pemerintah tidak bijak”,
“koq tidak adil”, dan lainnya

Belum lagi muncul tuntutan-tuntutan seperti :

pemerintah harus me-lockdown”,
“pemerintah harus mengelontorkan dana”, dan lainnya lagi

Bahkan ada tuntutan supaya pemerintah memberikan santunan, bagi sembako, pulsa gratis, listrik gratis, dan lain-lain. Kita tidak sadar bahwa pemerintah sudah sangat pusing, dan saya percaya sudah berusaha mati-matian dengan mempertimbangkan segala hal.

Dari pada mengeluh dan menuntut baiklah kita memikirkan apa yang bisa kita buat. Ada banyak hal sebenarnya yang bisa kita buat, untuk diri sendiri, keluarga, bahkan masyarakat, dan lainnya.

Saya melihat ada beberapa orang menginspirasi kita, lepas dari setuju atau tidak kita dengan yang dibuatnya. Ada video seorang bapak tua yang membagi beras dan uang kepada tukang becak, pedagang asongan, dan lainnya. Dia melihat merekalah yang sangat terkena dampak dari wabah ini. Dia juga mengajak orang-orang yang mampu untuk berbagi. Ada juga video sekelompok orang memberi nasi kotak kepada tukang becak dan ojek oline.

Hal ini cukup menginsirasi dan mengajak kita bermenung apa yang bisa kita buat. Di keuskupan kita juga muncul ide dari anak-anak muda ‘apa yang bisa kita buat’ didukung oleh orang dewasa dan tokoh-tokoh umat. Saya sungguh tersentuh. Maka terbentuklah Crisis Center Corona Keuskupan Agung Palembang (CCC Kapal).

Yang menarik semua terjadi secara online dan hampir tidak pernah bertemu. Bagaimana kita berkontribusi untuk membantu pemerintah mengatasi wabah corona ini.

Tidak hanya mengeluh dan menuntut. Kemudian kelompok ini memikirkan untuk mencari solusi soal misa online yang akhirnya bisa terintegrasi dan tertata. Kelihatan kesatuan dan kekompakannya. Ada tim humas. Terbentuk juga tim layanan konsultasi. Semua menurut saya contoh yang menginspisrasi kita untuk berbuat.

Mari kita menjadi bagian dari pencari solusi bukan hanya mengeluh dan menuntut. Kita adalah pemenang! Setidaknya kalau kita tidak bisa berbuat, mari kita ikuti anjuran pemerintah: tinggal di rumah dan menjaga kebersihan serta kesehatan.

Tuhan memberkati

(RD Putera Setiahati)

Sisi Humanis, Efektivitas, Kreativitas dan Inovasi. Fenomena Kuliah Daring di saat Pandemik Virus Corona (Covid-19

online-school-managament
Sumber : Flickr

Esensi Kuliah Daring (Online, e-Learning) atau Pembelajaran Jarak jauh (PJJ)

Virus Corona atau Covid-19 yang mengepung Indonesia tampaknya belum bisa diredam. Penyebarannya yang masif dan relatif cepat membuat orang terpaksa harus berdiam diri di rumah demi memutus rantai penularan Covid-19. Pemerintah telah menyampaikan kebijakan terkait pencegahan dan memutus rantai penyebaran Covid-19 di Indonesia. Dalam Surat Edaran Mendikbud No. 3 Tahun 2020 tentang pencegahan Covid-19 pada Satuan Pendidikan, dan No. 36962/MPK.A/HK/2020 proses belajar mengajar (PBM) di perguruan tinggi dilakukan secara kuliah daring (dalam jaringan), online, e-learning, pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau online course dari rumah dalam rangka pencegahan Covid-19.

Disi lain, tujuan esensial PBM adalah mentransfer ilmu dari dosen ke mahasiswa/i sehingga mahasiswa/i memahami apa yang diberikan oleh dosen, yang semula tidak tahu menjadi tahu. Filosofi pendidikan yang krusial lain adalah mindset mahasiswa/i dalam PBM adalah memahami ilmu kemudian menerapkan, bukan hanya nilai yang diburu. Sayangnya, tidak semua dosen memahami betul bagaimana dan apa yang dimaksudkan dengan kuliah daring. Padahal yang dimaksudkan dengan sistem kuliah daring, yaitu sistem perkuliahan yang memanfaatkan akses internet sebagai media PBM yang dirancang dan ditampilkan dalam bentuk modul kuliah, rekaman video, audio, atau tulisan oleh pihak universitas. Pada kenyataanya di lapangan justru sebagai ajang dosen untuk memberikan tugas bagi mahasiswa/i, sehingga bukanlah kuliah daring yang terjadi tapi tugas daring. Sebenarnya hal tersebut tidak sepenuhnya salah, tapi coba kita bayangkan apabila setiap dosen menerapkan sistem yang sedemikian rupa, menggantikan materi tatap muka dengan tugas yang cukup banyak dengan waktu yang terbatas tidak menutup kemungkinan mahasiswa/i akan kewalahan dan PBM menjadi tidak maksimal. Tidak sedikit mahasiswa/i yang mengeluhkan hal tersebut karena banyak kendala yang mereka temui tatkala menggunakan sistem daring.

Kuliah daring yang dilaksanakan dari rumah awalnya bagi sebagian orang, baik mahasiswa/i, orang tua mahasiswa/i, dan para dosen menjadi persoalan terutama dalam pemilihan media komunikasi untuk pembelajaran dan metode belajar. Civitas akademika perguruan tinggi harus beradaptasi, belajar di rumah non tatap muka. Have to work from home. Semua berubah cepat, dan harus mau beradaptasi. Adaptasi teknologi, jam kerja, cara kerja dan belajar. Penerapan kuliah daring ini menuntut kesiapan bagi kedua belah pihak, baik itu dari penyedia layanan pendidikan (perguruan tinggi) atau dari peserta didik sendiri (mahasiswa/i). Pembelajaran secara daring membutuhkan bantuan teknologi yang mumpuni dan dapat diakses dengan mudah. Kuliah daring semacam ini justru dapat menjadi alternatif jitu sebagai ganti pertemuan kelas tatap muka langsung.

Kebijakan kuliah daring menuai pro dan kontra jika ditinjau dari efektivitasnya. Mahasiswa/i yang kontra memandang ketidakefektifan terjadi saat PBM tatap muka secara langsung (offline) saja terkadang masih harus membutuhkan pemahaman ekstra, dengan kuliah daring mahasiswa/i dituntut untuk belajar dan memahami sendiri materi yang disampaikan. Selain itu, tidak semua mahasiswa mendapatkan fasilitas wifi sehingga harus merogoh kocek yang lebih dalam lagi untuk membeli kuota. Beberapa keresahan mahasiswa/i terkait dengan diberlakukannya sistem kuliah daring, antara lain: kendala sinyal yang menjadi hambatan dalam mengakses materi/modul perkuliahan, beberapa alat elektronik mengharuskan terhubung dengan listrik, jika listrik mati sulit presensi dan PBM, pengumpulan tugas secara daring membuka peluang untuk copy paste semakin tinggi, dan mahasiswa/i menjadi tidak leluasa dalam PBM karena tidak terjadi komunikasi 2 arah antara mahasiswa/i secara tatap muka. Sedangkan dianggap cukup efektif saat mahasiswa/i dapat mengakases modul perkuliahan dimana pun dan kapan pun, sehingga mahasiswa/i dapat menyesuaikan jam belajar masing-masing. Selain itu, kuliah daring merupakan salah satu tindakan preventif untuk menekan penyebaran Covid-19, dengan melakukan social/physical distancing yang dapat mengurangi intensitas interaksi antara carier dan calon korban selanjutnya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menghimbau para dosen untuk mewujudkan kuliah daring yang bermakna bagi mahasiswa/i, tidak hanya berfokus pada capaian akademik atau kognitif semata, namun juga menekankan pada perkembangan ‘life skill’ dan karakter. Untuk pendidikan life skill, mahasiswa/i, dan dosen bisa menjadikan aktivitas memahami pandemik Covid-19 sebagai materi PBM. Mulai dari penjelasan tentang virus hingga langkah-langkah pencegahan dikaitkan dengan materi mata kuliah yang direlevansikan dalam Rencana Pembelajaran Semester (RPS). Dengan begitu mahasiswa/i memiliki wawasan tentang apa yang terjadi di sekitarnya dan mampu melindungi diri dan sesamanya. Di sisi lain karakter merupakan ciri khas individu yang ditunjukkan melalui cara bersikap, berperilaku, dan bertindak untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan kampus, keluarga, maupun masyarakat. Mahasiswa/i yang memiliki karakter baik akan menjadi orang dewasa yang mampu membuat keputusan dengan baik dan tepat serta siap mempertanggungjawabkan setiap keputusan yang diambil. Karakter baik yang ditanamkan pada tiap individu mahasiswa/i, antara lain; religius, cinta kebersihan dan lingkungan, sikap jujur, sikap peduli, dan rasa cinta tanah air (Kemendikbud, 2020).

Tantangan dan Sisi Humanis di UKMC: Menciptakan Kreativitas dan Inovasi

Media kuliah daring yang banyak digunakan antara lain; aplikasi medsos; Facebook, Youtube, IG, WA, Line, Zoom, Microsoft Team, Google Classroom, Moodle, Zoom.us, Skype, platform aplikasi yang disediakan oleh Universitas Katolik Musi Charitas (UKMC), yaitu portal akademik.ukmc.ac.id, dll, baik hanya dalam bentuk pengiriman bahan ajar maupun komunikasi melalui teleconference. Sisi lain yang menarik untuk diamati penerapan kuliah daring di lingkungan UKMC adalah adanya ketidakberterimaan, kekacauan, kelucuan, kegelisahan, keribetan, dan berbagai situasi lainnya yang sebelumnya mungkin tidak terbayangkan akan terjadi baik oleh dosen dan mahasiswa/i. Hal tersebut terjadi karena mengubah habit dosen dan mahasiswa/i tidak gampang, disparitas usia dosen dan kreativitas penggunakan teknologi juga resisten di kalangan dosen dan mahasiswa/i tertentu.

Dalam kuliah daring, dosen UKMC harus ikut berinteraksi dan berkomunikasi membantu mahasiswa/i dalam memahami materi PBM dan mengerjakan tugas, tidak hanya memberikan tugas saja. Sehingga keluhan mahasiswa/i terkait dengan tugas-tugas yang diberikan cukup berat dan banyak namun tidak dibimbing oleh dosen dapat dieleminir. Untuk menghindari kemungkinan mahasiswa/i, dosen menjadi stress belajar daring bukan berarti harus 100 persen online. Dosen diminta untuk merancang metode penilaian capaian pembelajaran yang menyesuaikan dengan RPS yang sedikit di-’releks’-kan dan mempertimbangkan kesiapan dosen, kewajaran beban kerja, dan kemudahan akses mahasiswa/i. Proses praktikum klinik atau tempat praktik-praktik lainnya yang tidak langsung berhubungan dengan penanganan Covid-19 diminta agar dibatasi dan digantikan dengan model perkuliahan daring atau ditunda hingga keadaan membaik. Sementara soal penyelesaian tugas akhir/skripsi didorong menggunakan metode yang memanfaatkan data sekunder atau studi literatur, karena data primer akan sulit didapat dalam situasi seperti ini. Sidang/ujian tugas akhir/skripsi juga didorong secara daring dengan teleconference. Kegiatan PBM dan Tri Dharma UKMC dilakukan secara daring, termasuk Ujian Tengah Semester (UTS), praktikum (kecuali praktikum yang tidak memungkinkan via daring maka akan dijadwalkan ulang pada saat periode semester pendek/sisipan).

Tidak semua daerah asal mahasiswa/i UKMC mempunyai akses smartphone atau koneksi internet yang baik. Kendala yang dialami dosen adalah tidak bisa mengontrol seluruh kondisi mahasiswa. Namun, selama ada diskusi aktif, bertanya, disiplin dan menepati waktu, kuliah daring akan efektif. Kuota internet yang cepat habis dan memori yang cepat penuh, bisa disiasati dengan menyiapkan space memori dan mengirimkan video sebelum PBM berlangsung, presentasi secara online lancar, mahasiswa/i mampu pempresentasikan materinya memakai teknologi video, kemudian menjawab berbagai pertanyaan dan tanggapan. Kesulitan ketika dosen memberi materi kemudian langsung memberi tugas, penjelasan yang hanya diketik juga kadang sulit memahaminya, meskipun kadang dosen sudah memberi penjelasan melalui pesan suara. Dateline tugas kuliah daring yang pendek juga terkendala ketika jaringan lambat, server error, dosen hanya memberikan materi, tanpa mengirimkan voice note (pesan suara) dan tanpa video pembelajarannya untuk menjelaskan materi tersebut, dan lainnya, menambah tantangan kuliah daring & sisi humanis dosen-mahasiswa/i di lingkungan UKMC selalu memiliki rahmat tersembunyi (blessing in disguise) yang justru mendorong penciptaan kreativitas dan inovasi dosen-mahasiswa/i dalam complex problem solving. Dalam kondisi ini berkreasi supaya materi PBM dan tugas-tugas untuk peningkatan kompetensi mahasiswa tetap dapat diperoleh.

Tips Penerapan Kuliah Daring atau PJJ yang Efektif

Tetapkan Manajemen Waktu
Mahasiswa/i mengatur waktu belajar dengan teratur, mengerjakan dengan fokus tugas yang dibebankan dosen. Universitas memberikan batasan jadwal akses daring dan fleksibilitas penuh kepada mahasiswa/i. Bagi mahasiswa/i yang belum terbiasa belajar mandiri, biasanya akan mengerjakan tugas-tugas kuliah di menit-menit terakhir tenggat waktu yang ditetapkan. Oleh sebab itu, membiasakan diri untuk belajar dan mengerjakan tugas di awal waktu adalah keterampilan yang mesti ditanamkan kepada mahasiswa/i yang melakukan remote learning.

Persiapkan Teknologi yang Dibutuhkan
Para mahasiswa/i harus mengetahui peralatan-peralatan apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan kuliah daring, disarankan menggunakan beberapa platform belajar daring alternatif. Demikian juga perkakas teknologi seperti; komputer, smartphone, atau tablet, dan jaringan internet yang laik, menyiapkan kuota internet dan mencari tempat belajar yang nyaman dan dapat menangkap sinyal dengan baik.

Belajarlah dengan Serius
Kesalahan yang sering dilakukan para mahasiswa/i adalah tidak fokus ketika melakukan PBM secara daring, terdapat banyak sekali distraksi yang mengganggu; godaan untuk menonton video, mengakses medsos, hingga membaca-baca konten berita secara impulsif seringkali dilakukan tanpa rencana sebelumnya. Oleh sebab itu, penting untuk berusaha fokus dan konsisten selama waktu PBM yang ditetapkan. Tetapkan ruang khusus untuk belajar dan menjauhkan diri dari gangguan anggota keluarga yang lain. Para mahasiswa/i harus belajar dan tahu tujuan dari kuliah (outcome learning). Para mahasiswa/i memiliki motivasi yang sungguh-sungguh; membaca terlebih dahulu materi yang akan dibahas, aktif mendengarkan, membaca, bertanya dan menanggapi.

Jaga Komunikasi dengan Dosen dan Rekan Mahasiswa/i lainnya
Para mahasiswa/i harus visibel dan berkomunikasi tanggap dengan dosen atau rekan-rekannya. Buat grup khusus untuk membahas tugas yang dibebankan dosen. Komunikasi mesti terjalin dengan baik untuk menghindari kesalahpahaman. Gunakan momen-momen semacam ini untuk mengasah keterampilan komunikasi daring Anda. Jika memang belum yakin dengan hasil tugas yang dikerjakan, segera hubungi dosen Anda. Lakukan sesegera mungkin untuk menunjukkan komitmen bahwa Anda serius untuk belajar.

(Heri Setiawan, Dosen Tetap UKMC)

DI RUMAH AJA … MAMAKU JADI GURU

Saat ini semua orang khawatir dengan penyebaran virus corona. Sampai-sampai semua sekolah memutuskan untuk meliburkan segala aktivitas yang ada di sekolah. Anak-anak dari TK-SD-SMP-SMA dan Universitas melaksanakan belajar di rumah secara daring alias libur sekolah. Walaupun libur, bukan berarti orang tua dan anak bisa pergi liburan ke tempat-tempat yang menyenangkan. Justru, saat ini masyarakat diharapkan untuk bisa tinggal di dalam rumah. Sayangnya, anak-anak belum terbiasa dengan kondisi ini. Sehingga, banyak dari mereka yang merasa bosan dan meminta untuk bermain di luar rumah malahan pergi ke mall ataupun tempat rekreasi.

Di tengah penyebaran virus corona jenis baru penyebab Covid-19 di Indonesia, sejumlah pemerintah daerah di Indonesia termasuk kota Palembang memberlakukan penghentian aktivitas pendidikan dengan meliburkan sekolah-sekolah selama yang semula 2 minggu yaitu tanggal 16-28 Maret 2020 selanjutnya di tambah lagi belajar di rumahnya sampai tanggal 13 April 2020 atau sampai kapan belum tahu kita ?
Para siswa diminta melanjutkan belajarnya di rumah. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kerumunan yang memungkinkan kontak antara banyak orang bertujuan menekan laju penyebaran virus corona.

Selama 4 minggu ini, orangtua diharapkan bisa menjadi “guru” yang mengisi kegiatan anak-anaknya. Selain itu, menemani mereka mengikuti kegiatan belajar secara online atau daring. Anjurannya, jangan mengajak anak ke luar rumah. Oleh karena itu, diperlukan berbagai alternatif kegiatan yang bisa dilakukan anak. Demi menjaga keselamatan anak, banyak sekolah yang harus meliburkan kegiatan belajar dan mengajar. Namun, bukan berarti anak juga harus libur belajar selama di rumah.

Di sinilah, peran orang tua sangat dituntut dengan baik. Meskipun anak libur, bukan berarti kita bisa mengajak anak pergi ke luar rumah dengan leluasa. Tak heran, bila kondisi ini membuat anak merasa bosan. Nah, agar anak tidak merasa bosan, kita bisa menyiapkan beberapa permainan yang seru.

Di antara adalah petak umpet, bermain rumah-rumahan atau memainkan permainan yang disukai oleh anak. Jika memungkinkan orang tua bisa membuat jenis permainan baru yang bisa meningkatkan kreativitas anak. Daripada anak merasa bosan dengan tidak melakukan apapun. Kita bisa meminta anak untuk membantu pekerjaan rumah yang mudah. Salah satu contohnya adalah merapikan mainan yang telah ia mainkan atau belajar untuk membersihkan tempat tidur. Selain membuat anak tidak merasa bosan, cara ini juga bisa mengajarkan mereka menjadi orang yang lebih rapi dan bersih.

Orangtua dapat membuat kue atau camilan bersama anak, daripada harus membeli camilan keluar rumah. Selain memiliki harga yang lebih murah, kita juga akan lebih tahu tentang kualitas gizi yang terkandung di dalam camilan tersebut. Agar kegiatan memasak lebih menyenangkan, kita bisa mengajak anak untuk belajar memasak. Kita tidak perlu memasak camilan yang ribet, cukup dengan bahan yang sederhana, anak pasti akan merasa senang untuk melakukan kegiatan ini.

Tidak bisa dimungkiri bahwa liburnya anak dari sekolah, membuat intensitas waktu orang tua dan anak semakin banyak. Oleh karena itu, manfaatkanlah waktu tersebut dengan sebaik mungkin. Tingkatkanlah komunikasi di antara orang tua dan anak. Karena bisa jadi ada banyak hal yang sebenarnya ingin disampaikan oleh anak-anak kita.

Yang harus ditanamkan dalam pikiran adalah tidak menganggap kondisi saat ini menjadi sebuah beban. “Jangan hanya melihat momen ini sebagai beban. Lihatlah sebagai kesempatan untuk menjalin hubungan bersama anak. Selanjutnya, cobalah bekerja sama dengan anak sebagai tim yang akan saling membantu mencari solusi bersama jika terjadi kesulitan. Membantu anak belajar dengan cara yang seru dan menciptakan suasana belajar menyenangkan di rumah. Cara ini juga menjadi jalan untuk menyamakan persepsi dan mengurangi konflik antara orangtua dan anak.

Diskusikan dengan anak tentang do and don’t. Buat kesepakatan penggunaan gadget, durasi pemakaian, dan kegiatan yang dilakukan dengan gadget. orangtua bisa membuat proses belajar berlangsung menggunakan sistem menu. Jadi, anak diberi kebebasan untuk menentukan kegiatan apa yang ingin mereka lakukan pertama dan selanjutnya. Hal ini penting dilakukan karena situasi belajar di rumah tentu sangat berbeda dengan situasi belajar di sekolah yang cenderung formal. “Yang penting fokus pada target harian yang penting target harian terpenuhi.”

Oleh karenanya, menghadapi wabah ini mesti adanya kesadaran dan kontribusi semua pihak termasuk masyarakat untuk mematuhi arahan pemerintah dan mengikuti protokol keselamatan dengan: Menjalankan dan menerapkan Protokol Kewaspadaan dan Pencegahan Covid-19 dengan baik, mempraktikkan dan membudayakan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sesuai dengan pedoman yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, tidak beraktivitas ketempat kerja jika mengalami sakit atau mengalami penurunan kondisi kesehatan, bagi yang mengalami gejala infeksi Covid-19 seperti demam, batuk, influeinza, dan nyeri tenggorokan, diminta untuk segera memeriksakan diri ke rumah sakit rujukan terdekat yang sudah ditunjuk pemerintah, seseorang yang baru kembali dari daerah yang terinfeksi Covid-19, atau memiliki riwayat kontak dengan pasien terkontaminasi positif Covid-19, diwajibkan untuk melaporkan diri ke Dinas setempat untuk mendapatkan arahan lebih lanjut.

Pelaksanaan kegiatan lain yang melibatkan banyak peserta, pangunjung, undangan (melebihi 50 orang) sebagaimana kiteria WHO, diinstruksikan untuk dijadwal ulang sampai dengan keadaan memungkinkan, kegiatan kunjungan di dalam negeri yang tidak penting, untuk ditunda dan dijadwalkan ulang, berlakukan Partial Lockdown, Self Isolation, dan Social Distancing segera sebelum terlambat dan epidemi semakin menyebar. perkuat Sistem IMUN, dengan mengkonsumsi vitamin C, sayur buah dan makanan sehat dan bergizi.

Pertebal juga Sistem IMUN, gunakan Masker menutup hidung dan mulut bagi yang memerlukan, jaga Jarak minimal 1 meter, jangan mendekat, hindari berjabat tangan dan berpelukan, kontak tangan dan fisik, lebih sering Cuci Tangan, hindari memegang Muka, tidur cukup dan olahraga, juga jangan panik, jangan meremehkan tapi tetap waspada , perbanyak Doa dan tingkatkan Taqwa.

Ingat! Diliburkan untuk karantina dan isolasi diri untuk mengurangi risiko pengebaran COVID-19, bukan liburan. Perlakukan diri kita seolah sudah terkena virus agar lebih waspada sehingga orang lain tidak terjangkit. Jika self isolation, partial lockdown atau social distancing berhasil diharapkan dapat menekan meledaknya grafik penyebaran virus dan di saat bersamaan memberikan waktu untuk yang sakit dapat sembuh (recovery), serta tenaga kesehatan dan jumlah fasilitas kesehatan mampu menampung untuk menangani pasien.

Jadi masing-masing diri harus sadar dan tahu diri menyikapi kondisi ini dengan bijak. Jika kita masih “bandel” dan tidak bekerja sama, maka self isolation atau karantina mandiri 14 hari jadi PERCUMA atau SIA-SIA untuk mencegah penyebaran. Bahkan sebaliknya, ketika ajang karantina diliburkan malah liburan ketika nanti saatnya mendekati 14 hari semua orang aktif beraktivitas kembali justru disitu awal ledakan terjadi karena semua berkumpul dan saling tidak mengetahui bahwa masing-masing diri telah menjadi “hidden spreader” atau “silent killer” penyebar virus. Terlebih saat gangguan kecemasan muncul.

Meski seolah tampak membosankan, pembatasan sosial dengan bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah tetap bisa berdampak positif, khususnya dalam membangun kembali komunikasi dan keharmonisan dalam keluarga yang sulit dilakukan selama hari-hari libur biasa. Orangtua dan orang dewasa memiliki peran penting untuk bisa mengelola cemas mereka selama pandemi dan orang tua merasakan bagaimana seorang guru di kelas menghadapi peserta didiknya yang lebih dari 25 anak. Ini saja orangtua di rumah baru menghadapi satu atau dua anaknya tentu sudah stress. Supaya kecemasan itu tidak menular dan berimbas kepada anak-anak mereka yang umumnya masih bingung dengan berbagai hal yang berubah dan mendadak terjadi. Semoga bencana virus covid 19 ini cepat berlalu dan anak-anak bangsa dapat melanjutkan pendidikan seperti semula guna menggapai cita-cita yang mereka harapkan.

(A. Daris Awalistyo S.Pd., Pendidik di SDK Frater Xaverius 2 Palembang)

Pengantar

ISKA (Ikatan Sarjana Katolik Indonesia) DPC Kota Palembang bertujuan mengoptimalkan peran sarjana/cendekiawan Katolik meningkatkan iman & ilmu pengetahuan secara berkesinambungan demi kebaikan sesama manusia dalam pengabdiannya kepada masyarakat, bangsa, negara, & gereja.

ISKA DPC Palembang berupaya membagi sedikit pemikiran & pesan berupa artikel ringan penyemangat untuk membalik pola pikir warga agar tetap optimis di saat krisis wabah virus Corona (Covid-19) sehinga secara alami imun tubuhnya akan keluar. Sekarang waktunya kita melawan Covid-19 dengan berpikir positif & merasakan emosi positif, menggerakkan vibrasi positif untuk diri sendiri & lingkungan, menyebar informasi yang sifatnya meneduhkan.

Informasi yang menenangkan berguna untuk kebaikan diri sendiri dan bersama, serta menjadi upaya yang bisa kita berikan sebagai bentuk nyata kecintaan & perjuangan kita untuk NKRI. Apapun yang kita ucapkan dapat berdampak baik pada kemajuan atau sebaliknya kehancuran orang lain. Informasi yang justru semakin menguatkan berbagai emosi negatif, seperti: takut, khawatir, cemas, merasa tidak berdaya, dll. justru akan melahirkan Coronaphobia & psikosomatis Covid-19.

Oleh sebab itu harus dilawan dengan pesan penyemangat ke warga yang membalik pola pikir/ mental & optimis. Mulai hari ini dengan mengucapkan kata-kata positif & membangun. Hati & pikiran yang kita miliki adalah kunci kita mau sehat atau kita mau sakit.

Patuhi himbauan pemerintah untuk social/physical distancing, ikuti protokol penanganan Covid-19, stay at home (bekerja, sekolah, kuliah, beribadah dari rumah), & enjoylife (sosmed distancing yang pesimis
& negatif).

Akhirnya, selamat melayani & jadi berkat di saat krisis Covid-19. Berkat Tuhan & salam untuk keluarga yang kita sayangi.

Dr.Heri Setiawan, ST.,MT
Ketua ISKA DPC Kota Palembang Periode 2019-2023

MENYONGSONG ERA BARU PENDIDIKAN INDONESIA

Beberapa saat setelah dilantik sebagai Menteri Kabinet Kerja, Mendikbud yang baru, Nadiem Anwar Makarim, telah membuat beberapa ‘gebrakan’ kebijakan yang membuat banyak orang, terutama yang berkecimpung di dunia pendidikan terbengong-bengong. Ketika banyak orang masih terkaget-kaget dengan keuputusan Presiden Jokowi melantik orang muda ( 35 tahun ) dengan latar belakang yang sama sekali jauh dari bidang pendidikan (Kemdikbud) ternyata dijawab oleh Nadiem dengan optimisme yang tinggi. Dia menyebutnya dengan istilah Kebijakan Merdeka Belajar. Nadiem melihat bahwa sistem pendidikan di Indonesia, baik pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi sangat jauh tertinggal di banding negara lain. Sistem pendidikan di Indonesia masih sangat konvensional, kurang bahkan tidak mampu mengikuti perkembangan dan perubahan zaman. Dia katakan bahwa salah satu penyebabnya adalah masih kurang percayanya pemerintah kepada peran guru (dosen). Pemerintah masih terus intervensi sampai pada tataran teknis pada peran guru sebagai pengajar dan pendidik.

Awal yang baik
Dari beberapa gebrakan kebijakan Mendikbud Nadiem Makarim, saya lebih menyoroti kebijakan yang terkait dengan pendidikan dasar dan menengah, yaitu “kepercayaan pada peran guru yang mulai dikembalikan”. Ini sebuah awal yang baik. Pertama adalah tentang Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP adalah dinamika yang harus disiapkan guru setiap harinya. RPP adalah napas dan jantungnya para guru. Dulu RPP harus dibuat berlembar-lembar, dan cenderung dibuat bukan karena sebuah tuntutan pendampingan anak didik melainkan lebih karena tuntutan administrasi (persiapan akrditasi sekolah). Waktu guru habis di sini. Kini RPP cukup 1 halaman. Meski tetap dengan rambu-rambu penyusunannya namun kreativitas dan inovasi guru sebagai pengajar dan pendidik lebih diutamakan. Kedua, tentang Ujian Nasional (UN). Nadiem, yang mungkin juga generasi yang pernah merasakan UN, nampaknya paham betul bahwa kebijakan UN ternyata lebih banyak dampak negatifnya dibanding dampak positipnya, terutama dikaitkan dengan peran/tugas, wewenang, dan tanggung jawab guru. Sebagai seorang yang pernah terjun langsung bertahun-tahun sebagai pendidik saya masih ingat betul beberapa dampak negatif UN, antara lain :

  1. Mempersiapkan / merancang pembelajaran, mengajar, mengevaluasi, dan memberikan penilaian peserta didik adalah tugas, wewenang, dan tanggung jawan guru. Ini amanat UU Sisdiknas No.20 tahun 2003. Namun dengan UN sebagian peran guru telah diambil alih pemerintah, karena soal UN dan hasilnya (nilai siswa ) diputuskan oleh negara.
  2. Dengan UN, model / strategi pembelajaran yang telah dipersiapkan dalam RPP menjadi buyar “ambyar“ karena harus diganti dengan sistem drilling. Ini langkah yang “terpaksa” ditempuh kalau ingin hasil UN dengan model soal pilihan ganda ini baik. Model pembelajaran menjadi kaku, kering, gersang, dan membosankan. UN tidak bisa mencetak anak yang aktif, kreatif, inovatif tetapi mencetak anak yang “penurut”.
  3. Hasil UN yang diharapkan bisa menjadi bahan pemetaan kemajuan pendidikan di semua wilayah di Indonesia sangat diragukan. Mengapa ? Ini karena standar pengawasan, mulai dari distribusi soal ke daerah-daerah sampai distribusi soal ke peserta didik tidak sama. SOP-nya memang sama tetapi implementasinya sangat jauh berbeda. Jadi tidak perlu heran kalu hasil UN di sekolah pedalaman Papua atau daerah lain lebih bagus dibanding di sekolah dalam kota di Pulau Jawa.
  4. UN yang sempat sekian tahun menjadin penentu kelulusan telah mengabaikan peran yang sesungguhnya guru sebagai pengajar dan juga pendidik. Yang tahu persis potensi anak didik setiap harinya itu adalah guru, bukan pemerintah. Maka sangat tidak adil ketika anak didik divonis dengan UN.
  5. Masih banyak lagi sisi negatif UN yang dirasakan oleh para guru, siswa, bahkan orang tua yang tidak perlu saya uraikan lebih lanjut. Biarlah itu sudah berlalu (Mendikbud telah memutuskan UN 2020 adalah UN terakhir) dan anggap saja itu bagian dari sebuah proses pendewasaan kita semua, pendewasaan bangasa Indonesia.

Menyongsong Era Baru
Dengan diumumkannya oleh Mendikbud bebrapa waktu lalu, UN 2020 adalah UN terakhir menjadi angin segar bagi kita semua yang berkecimpung di dunia pendidikan terutama para guru. Namun juga sebagai tantangan yang harus dihadapi ketika kepercayaan telah dikembalikan. Para guru yang selama ini terjebak pada kegiatan administratif, ke depan banyak waktu yang bisa dikelola dengan baik dalam mendampingi anak didik. Bencana Virus Corona (Covid-19) kita ambil hikmahnya. Selain UN harus berakhir lebih cepat, guru dan siswa bekerja dan belajar di rumah, semua ditantang untuk bisa bekerja dan belajar “mandiri”. Semua akhirnya dituntut untuk kreatif, inovatif, memaksimalkan segala potensi yang dimiliki. Belajar on-line/ e-learning (daring) yang semula dianggap “tabu” kini ternyata bagian dari solusi yang harus dimaksimalkan.

Tetap semangat bapak, ibu guru, dan para siswa. Mari kita jawab kepercayaan ini, mari kita songsong Era Baru Pendidikan Indonesia.

(Agus Yuswana, Sekretaris BPH Yayasan Xaverius Palembang)

Menggeser Proses

Mey yakin seyakin-yakinnya bahwa Agus itu pintar Matematika karena Agus mempunyai kalkulator ajaib. Iya, Mei menyebutnya sebagai kalkulator ajaib karena kalkulator itu bisa diprogram dan programnya bisa membuat Agus menjadi lebih pintar. Mereka berdua memang pelajar setingkat SLTA yang selalu saling bersaing. Padahal menurut Agus, kalkulatornya itu biasa saja, bahkan dia tidak pernah melakukan pemograman yang kompleks pada kalkulatornya.

Agus yakin seyakin-yakinnya kalau Johan pintar humor dan selalu bikin orang lain tertawa itu karena orang tuanya dulunya pemain ludruk. Agus meyakini itu karena gen pelawak dari orang tuanya pasti banyak turun ke tubuh Agus, sehingga Agus sangat mudah melucu.

Johan yakin seyakin-yakinnya kalau Mey itu punya banyak teman dan pintar membujuk karena ibunya seorang Sosialita. Johan meyakini itu karena Mey selalu melihat ibunya bergaul, berbicara, bertutur sapa dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan sosial.

Pernah beranggapan kira-kira seperti itu ?

Banyak orang tua yang memberikan anaknya kursus Sempoa Jaritmatika dan Kumon tapi anaknya sendiri tidak suka matematika dan lebih suka main musik. Atau memberikan kursus piano tetapi anaknya sendiri lebih suka main bulutangkis. Atau selalu meminta anaknya belajar di kamar tetapi anaknya malah belajar melalui YouTube. Menambahkan anaknya dengan les pelajaran di sekolah, tetapi anaknya lebih suka bermain-main sama teman-temannya di halaman sekolah tersebut.

Bisa dikatakan bahwa Agus pintar matematika karena memang Agus menyukai Matematika, walaupun dia tidak mempunyai kalkulator ajaib tersebut. Dan karena dia menyukai matematika maka dia akan senang mengerjakan soal-soal Matematika di buku pelajaran dan selalu mencari tantangan untuk soal-soal yang lebih sulit lagi.
Bukan karena orang tuanya mantan pemain ludruk sehingga Johan itu pintar melucu dan selalu membuat orang lain tertawa karena humornya, tetapi karena memang Johan selalu mencari ide-ide humor baru, berlatih berbicara di depan kaca atau pun berlatih memimpin sebuah acara dan menyelipkan humor. Johan juga tidak cepat putus asa jika humornya tidak dimengerti oleh orang lain atau pun terasa garing.
Bagaimana dengan Mey. Mey mempunyai banyak teman, pintar meyakinkan dan membujuk orang lain itu bukan karena ibunya seorang Sosialita, tetapi karena Mey mencontoh perilaku ibunya dan selalu mempraktekkannya dengan target teman-temannya sendiri. Mey selalu berlatih kesabaran mendengar cerita apa saja dari teman-temannya, Mey juga berlatih menggunakan kata-kata positif yang bisa memberikan dorongan motivasi dan akhirnya mampu mengubah pendirian teman-temannya tersebut.

Jadi tidak ada proses yang berhasil baik jika memang tidak ada gairah (passion) yang menyertainya. Bukan gairah yang ingin saya bicarakan di sini tetapi saya ingin bicara tentang prosesnya. Agus menjadi pintar Matematika karena dia mengikuti prosesnya dengan baik, yakni selalu berlatih soal-soal di buku pelajaran atau dari sumber literatur lainnya. Johan pun mengikuti proses dengan selalu melatih dirinya setelah mendapatkan ide-ide entah dari mana. Begitu pula Mey juga mengikuti prosesnya dengan cara mencontoh ibunya, melatih mendengar dengan sabar saat temannya bicara dan berlatih berbicara dengan kalimat yang positif dan persuasuf.

Eliud Kipchoge

Jika sebuah proses itu dilakukan dengan baik, apalagi didukung dengan gairah yang meluap-luap dan infrastruktur yang baik, maka proses itu menghasilkan buah yang manis bagi yang melakukannya. Kita ambil contoh Eliud Kipchoge sebagai pemegang rekor dunia untuk Marathon yang berasal dari Kenya. Kenya bukan negara maju tetapi proses yang dilakukan oleh Eliud Kipchoge dalam mencapai rekor dunia itu tidaklah mudah. Dia ini latihan lari yang dilakukan di ketinggian sejauh 170 km per minggu, lari dengan target waktu sejauh 30-40 km (pace 3:20 min/km), dan masih menjalani latihan tipe 5K/10K untuk menjaga kecepatan. Atau lihat negara China sebagai pemegang medali emas terbanyak di Olimpiade, bagaimana mereka mempersiapkan atlit mereka sejak calon atlit itu masih muda belia, ditempa latihan keras setiap hari dan selalu ditantang untuk melakukan yang lebih baik.

Mozart kecil

Kita lihat lagi Wolfgang Amadeus Mozart, Mozart ini sudah pintar bermain piano pada umur 6 tahun, dan itu ditunjukkan dengan diundangnya Mozart pada seni pertunjukkan kelas atas di Austria pada abad ke 18. Tetapi sebelumnya menjadi pintar tersebut, Mozart dilatih bapaknya sejak umur 3 tahun dengan cara berlatih piano selama 3-4 jam setiap harinya.
Bandingkan juga dengan Einsten yang mulanya diramalkan sebagai anak yang bodoh dan tidak akan berhasil karena baru bisa bicara di usia 4 tahun dan pada umur 7 tahun baru bisa membaca, atau bandingkan dengan Charles Darwin yang diejek orang tuanya sebagai dokter yang hanya bisa menyuntik anjing, atau juga bandingkan dengan Michael Jordan, legenda Basket dunia, pernah dikeluarkan dari tim basket SMU-nya, dan yang terakhir bandingkan dengan Beethoven yang diejek karena penampilan buruknya saat bermain biola. Mereka semua berhasil mengubah kegagalan menjadi prestasi dunia dengan cara melakukan proses latihan yang terus menerus tanpa henti.

Artinya jika ingin berhasil, kita tidak hanya mengandalkan Passion saja, tetapi juga proses yang terus menerus tanpa henti. Sampai di sini mungkin kita semua setuju.

Namun untuk hal-hal tertentu yang krusial kita harus menggeser sebuah proses agar jalan menuju keberhasilan tetap pada jalurnya. Misalnya saat wabah Corona ini, murid-murid sekolah diminta belajar dari rumah dan orang tua diminta bekerja juga dari rumah. Maka kita harus mengubah proses belajar anak-anak dan mengubah proses bekerja dari orang tua. Kita bisa memakai teknologi untuk membantu menggeser proses tersebut.
Pertama, guru-guru harus kreatif mencari atau membuat isi pembelajaran yang lebih menarik dan menyajikannya secara online, dan kedua, anak-anak juga harus membiasanya belajar dari sebuah layar kecil, baik di smartphone atau pun komputer.
Begitu juga orang tua saat bekerja dari rumah, harus bisa bekerja dengan situasi rumah sendiri, berkolaborasi memakai video call dan berdiskusi melalui sosial media. Melakukan sharing pekerjaan berbasis internet dan memberikan informasi secara real time dengan hanya berbasis angka dan data yang tertulis di smartphone atau layar komputer.

Karena tidak bisa berkunjung ke rumah Klien, maka para sales harus bisa memberikan informasi melalui sosial media dengan menyajikan infografis yang bagus, informatif dan enak dipandang. Jika perlu perusahaan di tempat sales tersebut membuat website atau aplikasi yang bisa memberikan informasi sejelas-jelasnya agar para klien atau nasabah atau pengguna cukup jelas dan tidak perlu lagi datang ke kantor perusahaan tersebut. Begitu pula Universitas dan dosen, bisa menyajikan cara berinteraksi realtime dan atraktif terhadap mahasiswanya di rumah mereka masing-masing. Atau Rumah Sakit yang menyediakan pemeriksaan secara online dan realtime berbasis aplikasi, sehingga untuk pemeriksaan awal, para calon pasien tidak perlu datang dulu ke Rumah sakit.

Namun untuk bisa melakukan hal tersebut, harus ada proses yang perlu dilalui sejak lama, misalnya seorang guru atau dosen harus menguasai bidang keilmuannya, sales harus menguasai bidang atau topik yang akan dijualnya, dokter harus paham gejala-gejala awal sebuah penyakit dan yang terakhir para orang tua harus menguasai bidang pekerjaan, sehingga dengan bantuan teknologi sekarang, semua perkejaan tersebut tetap berjalan dengan baik walau pun pertemuan fisik dikurangi atau ditiadakan.

Kata ahli manajeman, proses tidak pernah mengingkari hasilnya.

(Yoseph Handoko)

Dunia Baru Pasca Wabah

Dunia terus berubah. Perubahan drastis dunia dipicu oleh peristiwa-peristiwa besar, yang mengubah cara pikir dan cara hidup manusia.  Pemikiran hebat Yunani Kuno runtuh ketika Kaisar Konstantinus yang Kristiani, bertahta di Roma. Sejak itu, agama Kristiani dijadikan agama negara dan sekolah kebijaksananaan Yunani ditutup. Bangkitlah arus kuat pemikiran abad pertengahan yang bercorak Kristiani. Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan reformasi Protestan pada abad 15-16, meruntuhkan arus pemikiran abad pertengahan dan menggantinya dengan pemikiran modern yang mengagungkan akal budi manusia. Perang dunia II telah memicu dihapuskannya penjajahan fisik diseluruh dunia, dst.  Wajah dunia terus menerus diperbaharui oleh peristiwa-peristiwa besar.

Wabah virus Covid 19 adalah peristiwa besar yang berdampak luas. Jika sebelum ini dunia selalu diubah oleh peristiwa-peristiwa besar yang dipicu ulah manusia, kini untuk pertama kalinya, dipicu oleh  virus Covid 19. Tiba-tiba saja, mahluk amat kecil ini telah menginfeksi nyaris seluruh dunia dalam waktu singkat. Covid 19 menyebabkan pandemi global dengan skala yang belum pernah terjadi dalam sejarah manusia sebelumnya.

 Masifnya penyebaran virus covid 19 secara cepat telah meruntuhkan kesombongan akal budi manusia yang telah diagungkan lima abad terakhir. Serangan wabah meruntuhkan kebanggaan atas kejayaan teknologi kesehatan, sistem ekonomi, sistem politik, dan sistem-sistem lainnya. Semua yang dianggap hebat, seakan berubah rapuh dalam waktu singkat. Dunia medis seakan pasrah mengandalkan “kebaikan” Covid 19, yang hanya fatal bagi kurang dari 10 % penderita, dan sembuh sendiri bagi bagian besar lainnya. Kecanggihan teknologi penyediaan alat ventilator, obat, vaksin, perlengkapan medis, dll, tertinggal jauh dibelakang kecepatan penyebaran wabah ini. Sistem politik dan sosial kedodoran dalam antisipasi, bahkan setelah korban banyak berjatuhan. Ekonomi terpuruk masif melebihi gelombang resesi yang pernah terjadi. Ini adalah peristiwa besar yang berpotensi mengubah hidup manusia dalam skala luas. Pengharapan akhir digantungkan pada kenyataan bahwa wabah ini pasti akan berakhir, mengingat mayoritas korbannya akan sembuh sendiri dan menjadi kebal. Harapan yang tidak lagi mengandalkan kemampuan akal budi manusia.

Apa yang akan terjadi pada dunia yang telah “dipermalukan” oleh mahluk yang amat kecil ini? Tentu banyak perubahan yang dapat dibayangkan akan terjadi. Banyak aspek kehidupan akan berubah menyesuaikan diri setelah krisis ini. Dunia medis akan lebih berfokus pada pengembangan penanganan penyakit-penyakit menular. Proses vaksin akan dipercepat, dst. Dunia kerja akan melihat “work from home” sebagai alternatif yang efisien sekaligus efektif. Demikian juga dengan dunia pendidikan, dengan sistem “online”. Ekonomi dan politik akan menyesuaikan diri supaya mampu mengantisipasi wabah berikutnya. Solidaritas masyarakat dunia dibangkitkan lewat bantuan China terhadap Italy, dst. Cara hidup akan berkembang  dengan tidak lagi  berfokus mengandalkan kecepatan, tetapi lebih pada efektifitas dan efisiensi. Hidup menjadi lebih waspada, sederhana, dan cerdas. Ajaran agama dituntut makin menyatu dengan kemanusiaan, dst.

Perubahan adalah keniscayaan. Fleksibilitas adalah kunci keberhasilan dalam perziarahan hidup. Setiap peristiwa, betapapun buruknya, selalu memiliki rahmat tersembunyi (blessing in disguise). Filsuf Jerman, Karl Jaspers, mengingatkan bahwa Kemahakuasaan Allah memungkinkanNya untuk mewahyukan kehendakNya lewat segala sesuatu. Bisa saja bencana ini merupakan sinyal dariNya untuk minta kita berubah. Jasper menggunakan istilah  “chiffer” untuk sinyal dari Allah. Allah juga telah menganugerahkan akal budi dan RohNya  yang tinggal dalam hati, pada tiap manusia. Manusia perlu menggunakan anugerah-anugerah itu untuk merefleksikan setiap peristiwa, demi proses kesempurnaan hidupnya. Kata St. Agustinus:  “Crede ut intelligas, intellige ut credas” (percayalah supaya makin mengetahui, upayakanlah pengetahuan supaya makin percaya). Badai pasti berlalu, namun siapkah kita menghadapi wajah baru dunia setelah ini? Saatnya merenungkan ini, ditengah karantina diri.

(Hendro Setiawan)