
Pemerintah Indonesia telah menetapkan wabah corona virus COVID-19 sebagai bencana nasional, jumlah kasus positif setiap harinya semakin bertambah. Data pertanggal 03 April 2020 dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Indonesia, terkonfirmasi sebanyak 1.986 kasus, dalam perawatan 1.671 kasus, sembuh 134 orang dan meninggal sebanyak 181 orang. Corona virus COVID-19 merupakan virus RNA, yang mempunyai materi genetik RNA untai tunggal dengan polaritas positif dan dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan yang dikenal dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Untuk mencegah semakin meluasnya pandemi, satu bukti respon cepat pemerintah Indonesia dalam mengatasi pandemi COVID-19 adalah membangun jejaring dengan banyak laboratorium, untuk memperkuat dan mempercepat proses pemeriksaan, sehingga dapat segera diketahui kasus positif untuk selanjutnya diisolasi agar tidak menjadi sumber penularan di masyarakat.
Pemeriksaan laboratorium terhadap sampel penderita COVID-19 untuk mengetahui respon antibodi terhadap virus dan keberadaan virus. Deteksi virus menggunakan PCR (Polymerase Chain Reaction) dengan bahan pemeriksaan swab tenggorokan dan deteksi antibodi IgM/IgG yaitu respon pertahanan tubuh terhadap virus, dengan bahan pemeriksaan darah (whole blood, serum atau plasma), menggunakan alat RDT (Rapid Diagnostic Test). Beberapa jenis reagen rapid direkomendasikan oleh WHO untuk deteksi antibodi COVID-19. RDT adalah pemeriksaan immunologi yang umum dilakukan untuk mendeteksi keberadaan antigen atau antibodi. Keuntungan metode ini dapat memberikan hasil dalam waktu yag sangat singkat, uji dapat diselesaikan dalam waktu 30 menit. Jenis pemeriksaan ini juga dikenal sebagai prosedur immunoassay bersifat kromatografi, hasil pemeriksaan dibaca dengan terlihat perubahan warna pada permukaan area uji dan dilaporkan secara kualitatif yaitu hasil pemeriksaan positif atau negatif.
Deteksi virus dengan PCR merupakan reaksi berantai polimerase, suatu teknik atau metode perbanyakan (Replikasi) DNA secara enzymatik. PCR digunakan secara luas untuk berbagai kebutuhan, seperti situasi pandemi COVIC-19 saat ini. Penyakit berbahaya memerlukan diagnosa yang cepat dan akurat. PCR merupakan teknik yang sering digunakan, teknologi saat ini memungkinkan diagnosa dalam hitungan jam dengan hasil akurat, dikatakan akurat karena PCR mengamplikasi daerah tertentu DNA yang merupakan ciri khas dari virus tersebut.
Kedua uji yang digunakan untuk menegakkan diagnosa infeksi virus COVID-19 yaitu metode rapid dan PCR, tidak dapat dipisahkan, karena hasil kedua tes bersifat tidak tetap. Swab tenggorokan pasien yang terinfeksi virus COVID-19 yang diambil pada hari pertama, dapat terdeteksi positif terdapat virus COVID-19, namun pada sampel darah yang diperiksan menggunakan rapid test, hasil dapat negatif tidak terdeteksi adanya antibodi. Hal ini dapat terjadi karena pada awal infeksi antibodi yang merupakan respon pertahanan tubuh terhadap virus belum terbentuk. Apabila pada hari ke 14 dilakukan pemeriksaan kembali dengan dua metode tersebut, antibodi dalam darah dapat terdeteksi positif dengan pemeriksaan rapid dan virus juga dapat terdeteksi positif dengan pemeriksaan PCR. Hasil pemeriksaan ini menunjukkan bahwa pada penderita antibodi sudah terbentuk dan virus juga masih ada. Begitu juga ketika virus pada penderita sudah tidak terdeteksi lagi, antibodi masih dapat terdeteksi.
Pemeriksaan laboratorium terhadap COVID-19 sangat penting, untuk memastikan apakah seseorang positif terinveksi virus COVID-19 atau tidak dan untuk menentukan pasien yang positif terinfeksi apakah sudah sembuh atau belum. Hal ini tentu tidak bisa lepas dari peran rekan-rekan ATLM (Ahli Teknologi Laboratorium Medis) yang lebih dikenal analis kesehatan. Barangkali di masyarakat profesi Ahli Teknologi Laboratorium Medis, kurang banyak dikenal seperti halnya profesi dokter dan perawat, namun dalam melawan Covid-19, mereka juga berada di garis depan bersama tim medis lainnya, ketika banyak orang mengalami kecemasan dan ketakutan, menghindari kontak dengan orang – orang yang diduga atau menderita infeksi virus COVID-19, mereka justru melaksanakan pelayanan sebagai ATLM dengan kontak dengan penderita untuk melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan di laboratorium. Salam hormat dan terima kasih untukmu rekan-rekan ATLM, tim medis dan anda semua yang secara pribadi maupun kelompok tersentuh dan tergerak hati bersama – sama secara nyata melawan virus COVID-19.
Maria Nuraeni, SKM., M. Kes (Sr.M.Yuventia, FCh)
(Dosen Prodi D.4 Teknologi Laboratorium Medis Fikes UKMC Palembang)